Allahuakbar..allahuakbar!
suara adzan telah berkumandang. Aku segera bangkit dari tidurku seraya
membangunkan Fiani sahabatku yang masih tertidur pulas. “Fi, ayo bangun. Udah subuh nih! Ntar telat sholat jamaah lho di marahin
pak Ustadz mau kamu?” ucapku berusaha membangunkannya. “Hmm, udah subuh ya Tik?” ucap Fiani yang
mulai bangkit dari kasur. “Iya udah yuk
kita cuci muka terus wudhu.” Ajakku. Fiani mengangguk dan mengikuti
langkahku menuju tempat berwudhu. Segera kami berlari menuju masjid, ternyata banyak
santri dan santriwati yang sudah berada di masjid. “Assalamu’alaikum warrahmatullah..” pertanda sholat subuh berjamaah
telah usai. Tak lupa aku berdo’a untuk keselamatanku dan orang tuaku. “Amin..” ucapku.
Setelah selesai sholat aku
dan Fiani segera bergegas ke kamar untuk merapihkan kasur karena tadi belum
sempat merapihkannya. “Nah, gini kan udah
rapi!” ucap Fiani tersenyum puas. “Iya
dong, kita gitu loh” ucapku tersenyum padanya. Setelah itu segera mandi dan
langsung ke dapur untuk membantu Mbak Sinta yang bertugas menyiapkan makanan
untuk para santri dan santriwati, Kulihat wanita cantik berkerudung warna ungu
dengan mata yang bulat bening tersenyum manis melihat kedatanganku dan Fiani. “Assalamu’alaikum, mbak Sinta!” sapaku
dan Fiani. “Walaikumsalam Santika dan
Fiani, kalian tadi kemana aja?” tanya wanita itu seraya memberikan pisau
kepada kami. “Heheheh iya mbak, tadi
masih beresin kamar dulu.” Ucapku tertawa kecil. “Oh gitu ya sudah kalian bantu mbak ya potong sayur kangkung.”
Suruhnya padaku dan Fiani. “Siapp mbak
Sinta!” ucapku dan Fiani, kami bergegas memotong kangkung – kangkung
tersebut. Setengah jam kemudian semua makanan telah siap di hidangkan. “Akhirnya selesai juga, makasih ya berkat
kalian berdua masakannya lebih cepat matangnya.” Ucap Mbak Sinta seraya
tersenyum dan mencubit pipiku dan Fiani. “Iya
mbak sama – sama hehehe” ucap kami berdua.
Tak lama kemudian para
santri dan santriwati bergegas menuju dapur untuk mengambil makanan. Salah satu
santri berkata”Hmm.. makanannya enak nih
pantesan aja yang masak aja cantik hehehe” ucap Naufal padaku salah satu santri di Pondok Pesantren
Nurul Jabbar. “Hahaha, Naufal mulai deh
yaa.” Celutuk Fiani yang tiba – tiba datang dari belakang. “Hahaha, emang iya kok Santika kan emang
cantik,manis,baik hati. Nggak kayak kamu Fi. Upss hehe” ucap Naufal
terkekeh. “Yee, gini – gini juga aku
punya fans tau.” Ucap Fiani mengerucutkan bibirnya. “Hahaha, maaf deh maaf bercanda.” Ucap Naufal menepuk pundak Fiani.
“Weyy bukan mukhrim!” ucap Fiani
menepis tangan Naufal. “Ya mangap! Eh
maaf maksudnya hehehe.” Ucap Naufal mencoba membuat lelucon. “Nggak lucu Fal!” pekik Fiani. “Ini ceritanya lagi main drama ya?”
tanyaku sinis. “Oh iya ya lupa nih hehe
maaf mbak Santika.” Ucap Naufal cengar – cengir. “Iya – iya Naufal udah sana cepetan makan!” suruhku. Naufal
tersenyum dan pergi meninggalkan aku dan Fiani. “Kenapa nggak kamu terima aja sih? Kasian tuh kamu PHP terus?” ucap
Fiani. “Haduh! Apaan sih kamu Fi? Aku
nggak PHP dia ya.” Ucapku sambil mencubit pipi Fiani. “Aduh! Sakit maaf – maaf hehe” rengek Fiani padaku. “Makannya jangan ngatain aku Fi.” Ucapku
seraya melepaskan cubitanku. Ya, Naufal sudah lama menyukaiku. Sempat dia
mengatakan perasaannya padaku namun aku belum bisa menjawabnya, mungkin karena
itu Fiani berkata bahwa aku pemberi harapan palsu alias PHP.
Tak lama kemudian datanglah
seseorang memakai baju koko berwarna ungu seraya mengambil makanan yang sudah
tersedia tersenyum manis padaku. “Ini
kamu yang masak?” tanyanya padaku. “Iya
tapi Mbak Sinta dan Fiani juga bantu masak.” Ucapku tersenyum padanya. “Oh ya, kamu hari ini cantik sekali.
Subhanallah” Ucapnya seraya memandang wajahku. “Syukran Alhamdulillah terimakasih Iqbaal.” Ucapku sedikit malu
karena di puji oleh seseorang yang aku cintai. Iqbaal hanya tersenyum dan
langsung meninggalkanku setelah mengambil makanan. “Ahemm.. ada yang lagi nge-fly di puji sama Iqbaal nih.” Ucap Fiani
mengejekku. “Enggak kok biasa aja.”
Ucapku dengan cuek. Ya, Iqbaal adalah santri yang banyak di sukai oleh santriwati
di Pesantren ini. Dia baik,sholeh,tampan,pekerja keras. Tak perlu heran jika
aku menyukainya.
Malam ini ada ceramah di
masjid, Ustadz Jefry menjelaskan tentang cinta. “Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan
manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak
hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia
lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang
paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.
Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat.” Ucap Ustadz Jefry menjelaskan.
Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat.” Ucap Ustadz Jefry menjelaskan.
“Sekian
ceramah kita pada malam hari ini, Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.” Ucap Ustadz Jefry. “Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Ucap para santri dan
santriwati membalas salam dari Ustadz Jefry. Para santri dan santriwati
berhamburan dan bergegegas ke kamar masing – masing. Tiba – tiba seseorang
memanggilku dari belakang. “Santika..”
ucapnya. Segera ku balikkan posisi tubuhku ke arah belakang. Ternyata Naufal “Ada apa Fal?” Tanyaku. Naufal tersenyum
dan berkata”Nggak apa – apa, kamu mau
langsung tidur?” tanyanya. “Ya
iyalah! Masak mau main -_- ada – ada aja kamu.” Ucapku sedikit cuek. “Hahaha maaf deh.” Ucapnya terkekeh.
Naufal memang baik,humoris,sholeh, dan manis. Namun, sampai sekarang ini aku
tak bisa mencintai dia. Walau dia sudah rela melakukan apapun demi aku. Tak
lama kemudian Fiani datang”Heh! Udah
malam juga masih berduaan. Udah deh Fal kamu cepetan pergi ke kamar deh ngapain
sih gangguin Santika mulu.” Ucap Fiani dengan nada kesal. “Ye sirik aja hahaha, Ok aku duluan ya Tik.”
Ucapnya tersenyum meninggalkan aku dan Fiani. Aku hanya tersenyum melihat
tingkah laku Naufal yang semakin hari membuatku kesal. “Maaf kalian kok masih di sini?” Ucap seseorang dari belakang,
ternyata Iqbaal. “Iya Baal tadi masih
nungguin Fiani tadi ke kamar kecil.” Ucapku tersenyum manis pada Iqbaal. “Oh ya? Ya sudah sebaiknya kalian berdua
segera tidur ini sudah larut malam, saya permisi dulu. Assaalamu’alaikum.”
Ucap Iqbaal tersenyum manis membalas senyumanku. “Walaikumsalam...” Ucapku seraya memandang Iqbaal yang berjalan
menjauh. “Subhanallah indah banget ya
makhluk ciptaan Allah SWT yang satu itu.” Ucap Fiani. “Halah, ayo – ayo.” Ucapku seraya menarik tangan Fiani.
Pagi ini setelah sholat
subuh aku tidak bisa membantu Mbak Santi menyiapkan makanan, tiba – tiba saja
aku tak enak badan aku hanya duduk di taman dekat masjid. “Kamu nggak apa – apa kan? Aku tinggal?” Tanya Fiani padaku dengan
mimik wajah khawatir. “Iya, nggak apa –
apa kok.” Ucapku tersenyum padanya. Aku membiarkan Fiani membantu Mbak
Sinta. Aku merasa tak enak jika aku melarang Fiani membantunya karena Mbak
Sinta pasti sudah mengharapkan kedatangan kami berdua. “Tumben nggak bantuin Mbak Sinta?” tanya Iqbaal yang tiba-tiba
datang dan langsung duduk di sebelahku, namun dia menjaga jarak duduknya. “Iya aku lagi nggak enak badan ini.” Ucapku
dengan suara yang sedikit serak. “Oh iya,
eh kamu sudah punya cowok belum?” Tanyanya padaku. “Belum kenapa Baal?” Tanyaku balik. Aneh mengapa Iqbaal bertanya
seperti itu padaku. “Emm.. maaf
sebelumnya, aku suka sama kamu. Mau kah kamu menjadi kekasihku?” tanya
Iqbaal dengan penuh harapan. “A..a..apa?”
tanyaku kaget memandang wajah tampan Iqbaal, Sungguh tak di sangka cowok yang
selama ini aku cintai ternyata juga memiliki perasaan yang sama padaku. “Kenapa kok kaget begitu?” tanyanya
padaku. Aku segera memutar bola mataku dan menundukkan kepala. “Maaf, aku belum bisa menjawabnya.”
Ucapku lirih. Kedua kalinya aku belum bisa menjawab pertanyaan dari seseorang
cowok. Aku masih bingung dan masih ada Naufal yang sudah lama menungguku. “Oh ya sudah kalau begitu, aku harap kamu mau
menerima tawaranku itu Santika. Aku sudah lama menyukaimu tapi aku baru berani
menyatakan perasaanku itu sekarang. Aku takut kamu akan menolakku” Ucapnya
dengan menyesal. Aku hanya terdiam dan membisu, aku harus bisa memilih antara
Naufal dan Iqbaal.
“Astaga?
Apa? Kamu di dor – dor sama Iqbaal?” Ucap Fiani tak percaya. “Iya, idih lebay banget sih.” Ucapku
mengerucutkan bibirku. “Hahaha, iya deh.
Aku akui kamu memang cantik dan baik nggak salah Iqbaal milih kamu.”
Ucapnya seraya mengelus pundakku. “Aduh
iya, makasih deh. Eh serius nih aku harus pilih siapa di antara Naufal dan
Iqbaal?” Tanyaku bingung mondar – mandir kesana – kemari. Fiani bengong
melihat tingkah lakuku yang mungkin menurutnya aneh. “Heh? Di tanya kok diem wae to?” Pekikku. “Abisnya kamu sih mondar – mandir terus dari tadi aku kan jadi bingung,
mendingan kamu ikuti kata hati kamu aja deh Tik. Pilih yang menurut kamu bisa
menjaga perasaan kamu dan bisa menghormati kamu sebagai wanita.” Tutur
Fiani padaku. Aku tersenyum dan menghampiri seraya memeluk teman baikku itu. “Makasih banyak ya sarannya” ucapku
lembut. Fiani hanya tersenyum dan membalas pelukkanku. “Aku akan memilih Naufal ya karena dia yang pertama kali menyatakan
cinta padaku. Itu mengartikan bahwa Naufal adalah cowok pemberani dan mau
menanggung resiko. Sedangkan Iqbaal? Sesosok yang selama ini aku cintai baru
menyatakan perasaannya setelah sekian lama ia memendam rasa padaku? Ya, aku
akan memilih Naufal.” Ucapku dalam hati.
Sore ini aku akan bertemu
dengan mereka berdua untuk menentukan pilihanku. Fiani sudah memberi tau mereka
berdua. “Udah siap! Mereka nunggu kamu di
taman deket masjid. Aku harap kamu dapat menentukan pilihanmu dengan benar ya.”
Ucap Fiani memelukku sekilas. Aku tersenyum dan mengangguk. Segera aku bergegas
menuju taman dan mataku tertuju oleh Naufal dan Iqbaal. Mereka berdandan sangat
rapi memakai baju koko. Mereka tersenyum padaku. “Maaf ya udah nunggu lama.” Ucapku lirih. “Nggak apa – apa kok.” Ucap mereka serentak. “Jadi kamu pilih siapa diantara kita berdua?” Tanya Naufal padaku. “Iya. Siapa yang kamu pilih?” Tanya
Iqbaal kemudian. Ya Allah aku sangat bingung dan aku kurang yakin dengan
pilihanku tadi. Aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku. Beberapa menit
kemudian aku berkata”Aku harap kalian
bisa menerima keputusanku ini ya.” Ucapku lembut. Mereka mengangguk dan
menatapku dengan penuh harapan. “Bismillah..
aku akan memilih Naufal. Maaf ya Iqbaal.” Ucapku memandang Iqbaal. “Iya nggak apa – apa kok, mungkin aku belum
beruntung untuk mendapatkan gadis sesempurna kamu.” Ucap Iqbaal seraya
tersenyum padaku menyembunyikan kekecewaannya kepadaku. “Ya Allah maafkan hamba telah membuat Iqbaal kecewa karena keputusanku.
Berikanlah dia kekasih yang ia harapkan yang lebih baik daripada aku.”
Do’aku dalam hati kecilku. Tanpa basa – basi Iqbaal pergi meninggalkanku
bersama Naufal. “Makasih ya, kamu udah
pilih aku. Aku janji akan bahagiakan kamu. Aku akan setia sama kamu.” Ucap
Naufal memberikan janji manis padaku. “Yakin?
Mau setia sama aku?” Tanyaku yang sedikit mengejeknya. “Ya iya lah.. aku bakal setia sama kamu kalau
perlu sampai ke jenjang pernikahan. Hehehe..” Ucapnya seraya tersenyum
padaku. “Naufal mulai kan -_- belum apa –
apa juga.” Ucapku seraya mengembungkan pipiku. “Bidadariku semakin kamu marah semakin kamu cantik loh.” Ucapnya
menggombaliku. Aku hanya tertawa lepas mendengar gombalan Naufal yang membuatku
geli. Seketika aku teringat Iqbaal, aku merasa bersalah telah menyakiti perasaannya.
Ya Allah semoga saja Iqbaal tidak akan membenciku. Amin..
Karya : Cantika Ulya
Luthfiatur Rohmah
Waw, cinta hadir di dalam jiwa ...... Terus berkreasi, Cah Ayu.. Semangat ya!
BalasHapus