Sabtu, 26 Juli 2014

Belajar Mencintaimu



                 

Matahari mulai terbit dari ufuk timur, tanda aku harus segera bersiap – siap untuk bergegas berangkat kuliah. “Nia, yuk cepetan. Udah jam 06.00 nih, ntar kita telat lagi.” Ajakku pada Shania. Shania menjawab dengan santai”Masya’allah apaan sih masih jam segini juga. Iya deh huffttt.” Ucapnya. Ya, Shania adalah teman satu kampusku sekaligus dia satu kamar kos denganku.
Seperti biasa kami menunggu bus transjakarta di tempat pemberhentian bus transjakarta. Lima menit kemudian bus transjakarta sudah datang, banyak sekali penumpangnya padahal masih sangat pagi. “Tuh Nia, jam segini aja udah kaya gini” celutukku. Shania hanya tersenyum simpul kepadaku. Bus melaju begitu cepat dan tak terasa sampailah di Universitas Indonesia(UI) itulah tempatku menuntut ilmu selama 4 semester ini.
Ketika hendak turun aku terjatuh dan Shania berteriak”Zahra Awas!!” teriaknya. Tiba-tiba saja ada yang seseorang yang kebetulan melintas dan aku secara refleks terjatuh di pelukannya. Mataku membulat, menatap cowok berambut pirang dan berkulit putih bersih itu. “Kamu nggak apa – apa?” tanyanya padaku. Aku segera berdiri dan berkata”Nggak apa-apa kok, makasih ya.” Ucapku agak sedikit malu. Yah.. maklum saja, baru kali ini aku mengalami kejadian ini. Cowok itu tersenyum manis dan berkata”Sama-sama, oh ya perkenalkan aku Ramadhan dan kamu?”ucapnya seraya mengulurkan tangan. “Aku Zahra dan ini Shania sahabat aku.” Ucapku membalas uluran tangan cowok itu. “Hai, aku Shania.” ucap Shania yang dari tadi masih menungguku. “Oh, iya salam kenal ya.” Ucap Ramadhan. Aku tersenyum dan berkata”Iya, eh kita duluan ya Dhan.” Ucapku dengan lembut. “Iya silahkan.. Ra” ucap Ramadhan tersenyum. Aku dan Shania segera menuju kelas.
Kami berdua menelusuri koridor kampus, tiba-tiba saja Shania menyenggolku dan berkata”Ciee..ciee yang tadi kenalan sama cowok ganteng ciee...” ucapnya mengejek. Aku mengembungkan pipiku dan berkata”Dih, apaan sih Nia! Biasa aja kok.”ucapku. Kami bergegas memasuki kelas berharap dosen belum datang karena kejadian tadi yang menghambat.
Waktu jam istirahat pun telah tiba, Aku dan Shania bergegas menuju kantin. “Ra, cepetan dong!” ucap Shania seraya menarik tanganku. Aku hanya tersenyum melihat tingkah laku sahabatku itu, aku paham dia sudah sangat lapar. Segera aku mencari tempat duduk dan Shania memesan makanan. “Assalamu’alaikum..” ucap seseorang cowok yang sempat mengkagetkanku yang sedang melamun. “Wa..wa..walaikumsalam..” ucapku terbata-bata membalas salam itu. Tak di sangka Ramadhan cowok yang telah menolongku tadi. “Kamu?” ucapku. Ramadhan tersenyum manis dan berkata”Iya, ini aku Ramadhan.” Ucapnya. Aku membalas senyumannya dan berkata”Oh, hehehe iya. Kamu mau pesan makanan juga?”tanyaku padanya. Ia berkata”Iya ini, kamu juga? Nunggu siapa?”tanyanya.
Aku berkata”Ini lagi nungguin Shania dia lagi pesan makanan tuh disana.” Ucapku sambil menunjukkannya. Aku kaget Shania sudah tak ada di sana lalu kemana dia? “Nunjukin siapa Zahra?” ucap seseorang. “Eh Shania, udah di sini aja?” ucapku kaget melihat Shania yang tiba – tiba berada di belakangku. Ramadhan terkekeh melihat kami berdua. “Eh, Dhan. Gabung sama kita aja makan di sini!” ajak Shania. “Hahaha, nggak usah nanti aku ganggu kenyamanan kalian berdua.” Ucapnya dengan tatapan yang teduh. “Enggak kok Dhan, biasa aja kali sama kita! Lagian kan kita udah saling kenal.” Ucap Shania. “Hm.. tapi Zahra setuju nggak nih? Dari tadi diem aja.” Tanya Ramadhan. Aku berkata”Setuju kok.” Ucapku spontan.
Ya udah aku pesan makanan dulu ya!” ucap Ramadhan dan berlari memesan makanan.
Malam ini malam minggu seperti biasanya kami memasak makanan yang tidak biasanya kita makan setiap hari, yup! STEAK SAPI PANGGANG. Tak sesekali Shania mengejekku”Ciee.. yang mau taken sama cowok, ciee hihihi” ucap Shania. Aku hanya diam dan tersipu malu. “Hahahaha, senyum – senyum sendiri nih ye?” ucap Shania terkekeh melihat tingkah lakuku yang aneh. “Enggak kok, apaan sih kamu!” ucapku seraya mencubit pipi chubby Shania. “Aw! Sakit tau Ra.” Ucap Shania sambil meringis kepadaku. Aku tertawa melihat kelakuannya. Sangking asyiknya mengobrol tak di sangka kami lupa bahwa dari tadi belum memanggang daging sapinya (?)
Astaghfirullah! Shania!” pekikku. “Weitss, kenapa sih?” ucap Shania. “Aduh, kita lupa belum manggang daging sapinya! Walahh” ucapku. “Astaga! Iya! Walah aku kok ya lupa to? Ya sudah ayo bururan kita panggang keburu malam ntar kita kelaperan lho hahahaha” ucap Shania terbahak – bahak.
Setelah makan bersama kami segera mengabil air wudhu dan sholat isya’. Setelah itu segera kami merebahkan tubuh di kasur. “Hahh! Capek banget ya Ra!”ucap Shania mengeluh padaku. “Hahaha, iya Nia. Udahlah cepet tidur sana! Besok kan kita ke kampus!” suruhku. Shania mengangguk dan segera memejamkan matanya yang sipit itu. Aku termenung mengapa semenjak kejadian itu aku selalu terfikirkan olehnya? Sesosok cowok yang baru aku kenal. “Ramadhan..” ucapku lirih, aku tak ingin membuat Shania terbangun. “Apa mungkin aku jatuh cinta pada Ramadhan?” ucapku. “Ya Allah.. jika Ramadhan adalah yang terbaik bagiku dekatkan dia padaku, jika tidak jauhkan dia dariku.” Do’aku dalam hati.
Pagi ini aku dan Shania berangkat agak kesiangan. “Eh, ayo Nia cepetan kek jalannya.” Ucapku. “Iyaa Zahra sayang..” ucap Shania sambil tersenyum.
Sesampai di kampus mataku tertuju oleh Ramadhan. Subhanallah dia begitu tampan sekali hari ini. Ramadhan yang melihatku dan Shania segera menghampiri kami dan tersenyum. “Assalamu’alaikum... pagi para bidadari” ucap Ramadhan. “Walaikumsalam, pagi Dhan.” Ucapku dan Shania membalas salam dari Ramadhan.
Ehm.. yang di bilang bidadari itu aku apa Zahra nih? Pastinya Zahra kan?” ucap Shania terkekeh. Ramadhan hanya tersenyum. “Husshh, kamu itu kebiasaan banget.” Ucapku pada Shania. “Ndak apa – apa kok Ra, hehehe” ucap Ramadhan tersenyum manis padaku. “Iyaa hehe maaf kebiasaan.” Ucapku. Kami segera bergegas memasuki kelas masing-masing.
Jam istirahat dimulai, mahasiswa – mahasiswi berhamburan. Aku segera keluar kelas dan duduk di depan kelasku. “Sendirian aja?” ucap Ramadhan. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. “Shania kemana? Kok nggak nemenin kamu?” tanyanya.
Dia lagi ngerjain tugas sama teman – temannya.” Ucapku singkat. “Aku mau ngomong sesuatu sama kamu boleh kan?” ucap Ramadhan. “Boleh aja lah Dhan haha ada – ada aja deh.” Ucapku terkekeh. “Bismillah.. aku suka sama kamu Zahra” ucap Ramadhan padaku. Deg.. jantungku berdetak dengan cepat dan aku terdiam memandang wajah Ramadhan. “Kamu nolak aku ya? Maaf banget aku udah lancang ke kamu, aku cuman pengen kamu ngerti apa yang aku rasain. Maaf ya?” ucap Ramadhan berjongkok di hadapanku. “Iya Ramadhan, aku juga suka sama kamu. Kamu adalah lelaki pertama yang berhasil buat aku seperti ini.” Ucapku tersenyum pada Ramadhan. “benarkah itu Zahra? Apa kamu selama ini belum pernah jatuh cinta pada seseorang?" tanya Ramadhan. "Iya dan akhirnya aku belajar mencintai itu dari kamu.” Ucapku tersenyum. “Subhanallah aku nggak mengira semua ini terjadi. Jadi kita resmi kan? Hehehe” ucap Ramadhan.
Aku tersenyum dan mengangguk pertanda aku dan Ramadhan resmi menjadi sepasang kekasih “Ramadhan, aku harap kamu nggak akan pernah nyakitin perasaan aku.” Ucapku lembut. “Zahra, aku berjanji akan menghargaimu sebagai kekasihku yang kelak akan menjadi pendamping hidupku.” Ucap Ramadhan seraya mencium tanganku. “Maaf bukan muhkrim.” Ucapku. Aku dan Ramadhan terkekeh, Alhamdulillah Ya Allah engkau telah mengabulkan do’aku selama ini.

Karya : Cantika Ulya Luthfiatur Rohmah

3 komentar:

  1. Wiiihhh, cinta memang harus berproses, terus bergerak. Meliuk dalam proses itulah bobot cinta yang sebenarnya.

    Sip mbak, terberkreasi ya..

    BalasHapus