Pagi
itu aku berangkat sekolah sangat pagi karena ada piket, tap..tap..tap.. derap
sepatuku yang mengiringi langkahku. Ternyata masih sangat sepi sekali. Aku
menelusuri lorong – lorong kelas yang ku lihat hanya beberapa anak yang sudah
datang. Tap...tap...tap... terdengar bunyi derap sepatu dan tepat di belakangku
saat itu. Aku pun menoleh, dan ternyata Tama. Sosok Cowok yang pernah hadir di
kehidupanku.
Aku hanya terdiam dan terpaku sesekali aku meliriknya
berharap ia akan melirikku juga. Ternyata apa? Ia bersikap acuh tak acuh
kepadaku. Seakan ia tak pernah mengenalku lagi. Aku ini memang BODOH mengapa
aku masih mengharapkan Cowok seperti itu? Namun, di dalam lubuk hatiku yang
paling dalam aku masih mencintainya susah untuk melupakannya karena dia adalah Cowok
pertama yang membuatku terpukau. “Astaghfirullah”
ucapku dalam hati.
Segera
ku percepat langkahku menuju kelasku, tap..tap..tap...
“Fyuhh, akhirnya”
ucapku sambil meletakkan tasku di bangku seraya mengambil sapu. Satu per satu
bangku kelasku aku bersihkan, entah mengapa hari ini aku sangat bosan membersihkan
kelasku. Setelah beberapa menit kemudian tugasku sudah selesai tiba – tiba aku
merasakan pusing.. dan brakkk!! Aku terjatuh dan lemas tak berdaya entah apa
yang terjadi aku terlelap.
Dan
aku terbangun di sebuah ruangan yang dingin dan membuatku
Mengigil kedinginan. “Dimana ini?” ucapku kebingungan. Datanglah seseorang yang sudah tak
asing lagi bagiku. Resti sahabatku sejak SD ku itu menghampiriku dan berkata “Udah bangun kamu?” ucapnya seraya
terseyum. Aku berkata”Em.. iya aku
dimana? Di Rumah Sakit kah?”ucapku bertanya. Resti hanya mengangkuk dan
tersenyum. Ia mengambil mangkuk yang berisi bubur ayam dan berkata”Kamu makan dulu ya?” ucapnya. Aku yang
masih bingung bertanya”Res, bentar deh
aku tadi kok bisa ada di sini?” tanyaku.
“Iya tadi kamu
jatuh di kelas, tadi kamu kenapa sih?”ucap Resti seraya meletakkan manguk
itu ke tempat semula. Aku mengerutkan dahiku dan bertanya – tanya pada diriku
sendiri. Aku juga belum menemukan jawabannya aku lupa apa yang terjadi? “Aku lupa Res..”ucapku sambil mengerutkan
dahiku. Resti tersenyum dan berkata”Sudahlah
lupakan saja, yang penting kamu makan dulu ya?” ucapnya kepadaku sambil
menyodorkan sendok yang berisi bubur ayam. Aku hanya menggeleng tanda aku tak
ingin makan, aku merasa lemas dan malas untuk menguyah makanan. “Ayolah.. makan ntar kamu sakit lho? Ayo
makan? Aku nggak mau kamu kaya gini.” Ucap Resti dengan mimik wajah yang
khawatir. Aku tak tega melihat sahabat baikku itu sedih aku segera meraih
mangkuk berisi bubur ayam dan memakannya. “Alhamdulillah..
kamu mau makan, hehe.. nggak mau di suapin?” ucap Resti merayuku. “Ih apaan sih kamu Res, nggak dong.” Ucapku
dengan nada agak kesal. Beberapa menit kemudian aku selesai memakan bubur ayam
dari Resti. Aku hanya terdiam dan tak berdaya. Badanku terasa sakit, mungkin
akibat benturan ketika aku terjatuh dan pingsan di kelas. Seketika Resti
menepuk pundakku dan berkata”Kamu kenapa?
Mikirin apa kamu? Mikirin...” ucapnya dengan nada mengejek. Aku hanya
terdiam aku tak ingin membahasnya lagi namun.. mengapa Tama selalu hadir di
pikiranku? Sungguh aku tak mengerti tentang semua perasaanku ini. “Hello?? Kok diam aja? Iya kan?”ucap
Resti. “Aku nggak tau Res, aku bingung
sama perasaanku ini”ucapku. Resti mulai menunjukkan raut wajah yang sedih
dan berkata”Kamu cerita dong? Kamu belum
bisa melupakan dia?”ucapnya lembut. “Jujur,
aku belum bisa ngelupain dia gitu aja. Aku masih sayang sama dia :’( tapi
menurutku itu kesalahan yang amat besar. Mengapa aku mencintai seseorang Cowok
yang sudah tak mencintaiku lagi?” ucapku panjang lebar. “Kamu benar, kamu nggak pantas mencintai dia.
Cewek setulus kamu nggak pantas buat Cowok yang seperti dia.” Ucap Resti
mensetujui perkataanku. Tes..tes...tes... air mataku mengalir deras, bagaikan
hujan turun yang membasahi bumi. Aku tak kuasa menahan rasa perih dan sakit di
hatiku ini. Seketika aku teringat masa – masa indah bersama Tama. Oh Tuhan..
mengapa sungguh berat rasanya aku melupakannya. “Air mata kamu itu bagaikan mutiara sangat berharga. Fikir deh, kamu Cewek
yang setia,tulus, dan menerima dia apa adanya. Sedangkan dia?” ucap Resti
mencoba menguatkanku.
Ck.. aku terdiam. Benar Resti memang benar, aku tak
pantas menangisi Tama. “Iya Res, aku akan
berusaha melupakan dia. Aku nggak mau kaya gini terus! Aku pasti bisa!”ucapku
seraya menghapus air mataku. Resti memelukku dan berkata”Kamu pasti bisa, aku sangat yakin.. karena kamu adalah Cewek yang
kuat.” Ucap Resti dengan nada yang lembut. Mulai hari itu aku berjanji pada
diriku sendiri untuk melupakkan semua yang telah terukir di hatiku.
Sejak kejadian itu juga aku selalu menjaga kesehatanku
agar tak terjadi kejadian pingsan di kelas itu terulang kembali. “Bismillah..”ucapku. Aku perlahan
memasuki gerbang sekolah dan segera menuju kelasku tercinta, tak sabar ingin
berjumpa dengan Resti sahabatku itu. CLEK.. aku membuka pintu kelasku. “Assalamu’alaikum..” ucapku. Apa yang
terjadi mengapa kelasku sangat gelap dan tiba – tiba lampu kelas menyala dan...
“Walaikumsalam! SELAMAT ULANG TAHUN!!”Ucap
teman – temanku serentak. Betapa terkejutnya aku saat itu. Resti membawa kue
cake yang dengan lilin berbentuk angka 14. “Tiup
lilinnya tiup lilinnya..! tiup lilinnya sekarang juga! Sekarang juga!”
suara nyanyian teman – temanku yang nyaring membuatku sangat bahagia sampai –
sampai air mataku terjatuh karena terharu. “Fuhhh”
aku meniup lilin dan berdo’a dalam hati berharap aku dapat melupakan Tama dan
membuka lembaran baru kembali. “Makasih
ya teman – temanku! Atas semuanya!” ucapku bahagia.
“Sama – sama..!”ucap mereka. “Eh ada yang mau ngucapin ULTAH ke kamu tuh! Ditunggu
di luar.” Ucap Iqbaal salah satu temanku. “Oh ya? Makasih baal.” Ucapku seraya tersenyum pada temanku itu. Tak
di sangka Tama berada di luar, “ah
mungkin dia kebetulan lewat kelasku” ucapku dan hendak masuk kelas kembali.
“Selamat Ulang Tahun ya, semoga panjang
umur. Maaf kalau aku udah ngecewain kamu.” Ucap Tama. Ku balikkan badanku
dan menghampiri Tama. “Iya, makasih ya
Tam, udahlah anggap aja itu sebagai pengalaman hidup buat kita. Hapus semua
yang telah terukir dan buka lembaran baru dalam kehidupan kita.” Ucapku
tersenyum seraya meninggalkannya dan memasuki kelas kembali. Dalam hatiku aku
tak rela meninggalkannya sendirian tapi biarlah, GO MOVE ON!
Karya : Cantika Ulya Luthfiatur Rohmah
Nice, Cah ayu .., terus semangat berireasi ya.. !
BalasHapusThank you mom! :-D
BalasHapus