Senin, 19 Juni 2017

Metamorfosa Cinta


Kegagalan dalam fase cinta, dalam ketidakpastian ya
ng berakhir dusta. Aku  telah karam bagaikan kapal di terpa badai laut yang akhirnya goyah.
Ketika detik,menit,jam seakan terhenti oleh kehadirannya.
Bagaikan mengenggam tanganku saatku mulai terjatuh
Cinta, bagaimana aku mendefinisikannya? ketika aku mulai menemukan secarik senyuman tulus dan matamu yang meneduhkanku.
Kau munafik, kau bersembunyi di belakang bayangku dan hanya mengintip dalam kesendirianku.
Berbeda? Jelas.
Mata itu nyata, jadi janganlah kau bersembunyi. Senyum itu pancaranmu, jadi janganlah menghindari ketika mata dengan mata saling bertemu.
Kita adalah dua insan yang dipertemukan oleh kesempatan
Iya kesempatan yang telah diciptakan oleh-Nya.
Kau tahu yang paling menenangkan jiwa dan ragaku ketika melihatmu melakukan ketaan pada Illahi Rabbi adalah pemandangan terindah yang dapat kusaksikan.
Sampai waktu yang menjawab, bahkan orang lain pun dapat memahami makna yang tersirat antara kau dan aku.
Sampai detik yang kesekian perasaan ini tak pernah memudar setitikpun.
Aku tak melihat dari apapun yang kau punya, kepribadianmu menjadikannya cinta.
Khawatir. Jika kau bertanya Mengapa harus khawatir? Jawabannya aku kembalikan kepadamu.
Bagaimana sanggup memendam rasa setelah berjalannya waktu yang tidaklah singkat ini?
Egomu bisa saja mengalahkan segalanya.  Apakah kau tak merasa khawatir jika segalanya berubah dan akan ada yang membuatku lebih bahagia?
Doa baikku selalu untukmu.
Semoga langkah – langkah baikmu selalu dalam Ridha Allah Ta’ala.
Mari saling menjaga tiap – tiap hati.
Agar pertemuan yang telah di restui oleh alam semesta itu akan terasa manis pada akhirnya.


                                                                                                Since April’16