Senin, 21 Juli 2014

Menghapus Yang Telah Terukir

2 tahun berlalu begitu cepat tak terasa kini aku sudah tak bersamanya lagi. Tak ada lagi senyum dan tawa yang mengiringi langkahku. Hanya puing – puing kenangan yang tersesisa, yang sesekali membuatku menangis dan bersedih.
Pagi itu aku berangkat sekolah sangat pagi karena ada piket, tap..tap..tap.. derap sepatuku yang mengiringi langkahku. Ternyata masih sangat sepi sekali. Aku menelusuri lorong – lorong kelas yang ku lihat hanya beberapa anak yang sudah datang. Tap...tap...tap... terdengar bunyi derap sepatu dan tepat di belakangku saat itu. Aku pun menoleh, dan ternyata Tama. Sosok Cowok yang pernah hadir di kehidupanku.
Aku hanya terdiam dan terpaku sesekali aku meliriknya berharap ia akan melirikku juga. Ternyata apa? Ia bersikap acuh tak acuh kepadaku. Seakan ia tak pernah mengenalku lagi. Aku ini memang BODOH mengapa aku masih mengharapkan Cowok seperti itu? Namun, di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku masih mencintainya susah untuk melupakannya karena dia adalah Cowok pertama yang membuatku terpukau. “Astaghfirullah” ucapku dalam hati.
Segera ku percepat langkahku menuju kelasku, tap..tap..tap...
Fyuhh, akhirnya” ucapku sambil meletakkan tasku di bangku seraya mengambil sapu. Satu per satu bangku kelasku aku bersihkan, entah mengapa hari ini aku sangat bosan membersihkan kelasku. Setelah beberapa menit kemudian tugasku sudah selesai tiba – tiba aku merasakan pusing.. dan brakkk!! Aku terjatuh dan lemas tak berdaya entah apa yang terjadi aku terlelap.
Dan aku terbangun di sebuah ruangan yang dingin dan membuatku
Mengigil kedinginan. “Dimana ini?” ucapku kebingungan. Datanglah seseorang yang sudah tak asing lagi bagiku. Resti sahabatku sejak SD ku itu menghampiriku dan berkata “Udah bangun kamu?” ucapnya seraya terseyum. Aku berkata”Em.. iya aku dimana? Di Rumah Sakit kah?”ucapku bertanya. Resti hanya mengangkuk dan tersenyum. Ia mengambil mangkuk yang berisi bubur ayam dan berkata”Kamu makan dulu ya?” ucapnya. Aku yang masih bingung bertanya”Res, bentar deh aku tadi kok bisa ada di sini?” tanyaku.
Iya tadi kamu jatuh di kelas, tadi kamu kenapa sih?”ucap Resti seraya meletakkan manguk itu ke tempat semula. Aku mengerutkan dahiku dan bertanya – tanya pada diriku sendiri. Aku juga belum menemukan jawabannya aku lupa apa yang terjadi? “Aku lupa Res..”ucapku sambil mengerutkan dahiku. Resti tersenyum dan berkata”Sudahlah lupakan saja, yang penting kamu makan dulu ya?” ucapnya kepadaku sambil menyodorkan sendok yang berisi bubur ayam. Aku hanya menggeleng tanda aku tak ingin makan, aku merasa lemas dan malas untuk menguyah makanan. “Ayolah.. makan ntar kamu sakit lho? Ayo makan? Aku nggak mau kamu kaya gini.” Ucap Resti dengan mimik wajah yang khawatir. Aku tak tega melihat sahabat baikku itu sedih aku segera meraih mangkuk berisi bubur ayam dan memakannya. “Alhamdulillah.. kamu mau makan, hehe.. nggak mau di suapin?” ucap Resti merayuku. “Ih apaan sih kamu Res, nggak dong.” Ucapku dengan nada agak kesal. Beberapa menit kemudian aku selesai memakan bubur ayam dari Resti. Aku hanya terdiam dan tak berdaya. Badanku terasa sakit, mungkin akibat benturan ketika aku terjatuh dan pingsan di kelas. Seketika Resti menepuk pundakku dan berkata”Kamu kenapa? Mikirin apa kamu? Mikirin...” ucapnya dengan nada mengejek. Aku hanya terdiam aku tak ingin membahasnya lagi namun.. mengapa Tama selalu hadir di pikiranku? Sungguh aku tak mengerti tentang semua perasaanku ini. “Hello?? Kok diam aja? Iya kan?”ucap Resti. “Aku nggak tau Res, aku bingung sama perasaanku ini”ucapku. Resti mulai menunjukkan raut wajah yang sedih dan berkata”Kamu cerita dong? Kamu belum bisa melupakan dia?”ucapnya lembut. “Jujur, aku belum bisa ngelupain dia gitu aja. Aku masih sayang sama dia :’( tapi menurutku itu kesalahan yang amat besar. Mengapa aku mencintai seseorang Cowok yang sudah tak mencintaiku lagi?” ucapku panjang lebar. “Kamu benar, kamu nggak pantas mencintai dia. Cewek setulus kamu nggak pantas buat Cowok yang seperti dia.” Ucap Resti mensetujui perkataanku. Tes..tes...tes... air mataku mengalir deras, bagaikan hujan turun yang membasahi bumi. Aku tak kuasa menahan rasa perih dan sakit di hatiku ini. Seketika aku teringat masa – masa indah bersama Tama. Oh Tuhan.. mengapa sungguh berat rasanya aku melupakannya. “Air mata kamu itu bagaikan mutiara sangat berharga. Fikir deh, kamu Cewek yang setia,tulus, dan menerima dia apa adanya. Sedangkan dia?” ucap Resti mencoba menguatkanku.
Ck.. aku terdiam. Benar Resti memang benar, aku tak pantas menangisi Tama. “Iya Res, aku akan berusaha melupakan dia. Aku nggak mau kaya gini terus! Aku pasti bisa!”ucapku seraya menghapus air mataku. Resti memelukku dan berkata”Kamu pasti bisa, aku sangat yakin.. karena kamu adalah Cewek yang kuat.” Ucap Resti dengan nada yang lembut. Mulai hari itu aku berjanji pada diriku sendiri untuk melupakkan semua yang telah terukir di hatiku.
Sejak kejadian itu juga aku selalu menjaga kesehatanku agar tak terjadi kejadian pingsan di kelas itu terulang kembali. “Bismillah..”ucapku. Aku perlahan memasuki gerbang sekolah dan segera menuju kelasku tercinta, tak sabar ingin berjumpa dengan Resti sahabatku itu. CLEK.. aku membuka pintu kelasku. “Assalamu’alaikum..” ucapku. Apa yang terjadi mengapa kelasku sangat gelap dan tiba – tiba lampu kelas menyala dan... “Walaikumsalam! SELAMAT ULANG TAHUN!!”Ucap teman – temanku serentak. Betapa terkejutnya aku saat itu. Resti membawa kue cake yang dengan lilin berbentuk angka 14. “Tiup lilinnya tiup lilinnya..! tiup lilinnya sekarang juga! Sekarang juga!” suara nyanyian teman – temanku yang nyaring membuatku sangat bahagia sampai – sampai air mataku terjatuh karena terharu. “Fuhhh” aku meniup lilin dan berdo’a dalam hati berharap aku dapat melupakan Tama dan membuka lembaran baru kembali. “Makasih ya teman – temanku! Atas semuanya!” ucapku bahagia. 


Sama – sama..!”ucap mereka. “Eh ada yang mau ngucapin ULTAH ke kamu tuh! Ditunggu di luar.” Ucap Iqbaal salah satu temanku. “Oh ya? Makasih baal.” Ucapku seraya tersenyum pada temanku itu. Tak di sangka Tama berada di luar, “ah mungkin dia kebetulan lewat kelasku” ucapku dan hendak masuk kelas kembali. “Selamat Ulang Tahun ya, semoga panjang umur. Maaf kalau aku udah ngecewain kamu.” Ucap Tama. Ku balikkan badanku dan menghampiri Tama. “Iya, makasih ya Tam, udahlah anggap aja itu sebagai pengalaman hidup buat kita. Hapus semua yang telah terukir dan buka lembaran baru dalam kehidupan kita.” Ucapku tersenyum seraya meninggalkannya dan memasuki kelas kembali. Dalam hatiku aku tak rela meninggalkannya sendirian tapi biarlah, GO MOVE ON!


Karya : Cantika Ulya Luthfiatur Rohmah

2 komentar: